DEMOKRASI ACEH MENGUBUR IDEOLOGI
TAKENGON
Satu lagi, buku
politik yang ditulis putra Gayo Adam Mukhlis Arifin berjudul
“Demokrasi
Aceh, Mengubur Ideologi” telah diluncurkan dipenghujung tahun 2011. Buku
yang melibatkan Editor Salman Yoga S, seorang penyair asal Gayo.
diterbitkan oleh The Gayo Institute.
"Sebuah buku yang perlu dan
patut dibaca,” demikian pendapat singkat Imam Prasodjo, sosiolog
Universitas Indonesia (UI),yang tertera dibelakang buku ini.
Sementara pengamat politik
Fachry Ali, ikut memberi komentar tentang Partai Aceh (PA), sebuah
partai politik yang dominan di Aceh dewasa ini. Nilai informatifnya
adalah penjelasan bagaimana proses dialog dikalangan kekuatan-kekuatan
politik Aceh pasca Perjanjian Helsinki 15 Agustus 2005, bagaimana
interaksi antara kekuatan-kekuatan lokal-yang secara psikologis merasa
telah keluar sebagai “pemenang”- dengan kekuatan Jakarta dan bagaimana,
pada akhirnya, tokoh-tokoh PA itu “mengalah” dengan kekuatan-kekuatan
nasional.
Deklarasi Aceh Merdeka
Tidak banyak yang tahu apabila
konsep deklarasi Aceh Merdeka disusun di Buntul Kubu, sebuah perbukitan
di tengah kota Takengon pada tahun 1976, dengan sebuah bangunan khas
Belanda. Disamping itu, pada cover buku terdapat foto sejumlah tokoh
pergerakan Aceh Merdeka (AM) berpose di Buntul Kubu, Mereka adalah Tgk
Hasan Muhammad di Tiro, Zainal Abidin di Tiro, Mat Bin Tas, Hasanuddin
dan Tgk Ilyas Leube.
Pada pertemuan itu totok-tokoh
Aceh Merdeka membahas rencana deklasari gerakan Aceh Merdeka (AM) yang
berujung pada pelaksanaan deklarasi di Gunung Halimun Pidie, 4 Desember
1976, atau sekitar 4 bulan setelah konsolidasi awal (pertama) di
Takengon.
“Faktanya, konsep gerakan Aceh
Merdeka digodok di Buntul Kubu. Dan saat itu hanya Tgk Hasan Muhammad di
Tiro dan abangnya Zainal Abidin di Tiro hadir mewakili tokoh pergerakan
AM dari Aceh pesisir, selebihnya adalah Urang Gayo Tgk Ilyas Leube dan
kawan-kawan,” ujar Salman Yoga, editor buku tersebut, Sabtu (12/11).
Penulis buku tersebut, Adam
Mukhlis Arifin yang saat pergerakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) berada di
bawah komando GAM wilayah Linge mengatakan, buku tersebut akan tiba di
Takengon pada 18 Nopember 2011 yang lalu dan diluncurkan secara
sederhana.
“Untuk edisi pertama dicetak
1000 eksemplar dan akan kita luncurkan” kata Adam Mukhlis, yang pada
masa itu mamakai nama samaran Ali Gergel.
Adam Muchlis juga menangapai
perdamaian Aceh, dan mengakui jajaran kombatan GAM Wilayah Linge
mendukung sepenuhnya damai Aceh ini.
“Saya tegaskan bahwa kombatan
GAM wilayah Linge sangat menghormati MoU Helsinki. Dan kami tunduk
sepenuhnya terhadap Undang-Undang Dasar 1945,” pungkasnya.
Disadur dari:
[atjehpost.com]