Selamat Datang Sahabat

Selasa, 02 Desember 2014

~* SEJARAH ACEH MERDEKA *~

DEMOKRASI ACEH MENGUBUR IDEOLOGI




 TAKENGON 
Satu lagi, buku politik yang ditulis putra Gayo Adam Mukhlis Arifin berjudul
 “Demokrasi Aceh, Mengubur Ideologi” telah diluncurkan dipenghujung tahun 2011. Buku yang melibatkan Editor Salman Yoga S, seorang penyair asal Gayo. diterbitkan oleh The Gayo Institute.

"Sebuah buku yang perlu dan patut dibaca,” demikian pendapat singkat Imam Prasodjo, sosiolog Universitas Indonesia (UI),yang tertera dibelakang buku ini.

Sementara pengamat politik Fachry Ali, ikut memberi komentar tentang Partai Aceh (PA), sebuah partai politik yang dominan di Aceh dewasa ini. Nilai informatifnya adalah penjelasan bagaimana proses dialog dikalangan kekuatan-kekuatan politik Aceh pasca Perjanjian Helsinki 15 Agustus 2005, bagaimana interaksi antara kekuatan-kekuatan lokal-yang secara psikologis merasa telah keluar sebagai “pemenang”- dengan kekuatan Jakarta dan bagaimana, pada akhirnya, tokoh-tokoh PA itu “mengalah” dengan kekuatan-kekuatan nasional.


Deklarasi Aceh Merdeka

Tidak banyak yang tahu apabila konsep deklarasi Aceh Merdeka disusun di Buntul Kubu, sebuah perbukitan di tengah kota Takengon pada tahun 1976, dengan sebuah bangunan khas Belanda. Disamping itu, pada cover buku terdapat foto sejumlah tokoh pergerakan Aceh Merdeka (AM) berpose di Buntul Kubu, Mereka adalah Tgk Hasan Muhammad di Tiro, Zainal Abidin di Tiro, Mat Bin Tas, Hasanuddin dan Tgk Ilyas Leube.


Pada pertemuan itu totok-tokoh Aceh Merdeka membahas rencana deklasari gerakan Aceh Merdeka (AM) yang berujung pada pelaksanaan deklarasi di Gunung Halimun Pidie, 4 Desember 1976, atau sekitar 4 bulan setelah konsolidasi awal (pertama) di Takengon.


“Faktanya, konsep gerakan Aceh Merdeka digodok di Buntul Kubu. Dan saat itu hanya Tgk Hasan Muhammad di Tiro dan abangnya Zainal Abidin di Tiro hadir mewakili tokoh pergerakan AM dari Aceh pesisir, selebihnya adalah Urang Gayo Tgk Ilyas Leube dan kawan-kawan,” ujar Salman Yoga, editor buku tersebut, Sabtu (12/11).


Penulis buku tersebut, Adam Mukhlis Arifin yang saat pergerakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) berada di bawah komando GAM wilayah Linge mengatakan, buku tersebut akan tiba di Takengon pada 18 Nopember 2011 yang lalu dan diluncurkan secara sederhana.


“Untuk edisi pertama dicetak 1000 eksemplar dan akan kita luncurkan” kata Adam Mukhlis, yang pada masa itu mamakai nama samaran Ali Gergel.

Adam Muchlis juga menangapai perdamaian Aceh, dan mengakui jajaran kombatan GAM Wilayah Linge mendukung sepenuhnya damai Aceh ini.

“Saya tegaskan bahwa kombatan GAM wilayah Linge sangat menghormati MoU Helsinki. Dan kami tunduk sepenuhnya terhadap Undang-Undang Dasar 1945,” pungkasnya. 


Disadur dari:
[atjehpost.com]