Selamat Datang Sahabat

Selasa, 02 Desember 2014

~* SEJARAH ACEH MERDEKA *~

DEMOKRASI ACEH MENGUBUR IDEOLOGI




 TAKENGON 
Satu lagi, buku politik yang ditulis putra Gayo Adam Mukhlis Arifin berjudul
 “Demokrasi Aceh, Mengubur Ideologi” telah diluncurkan dipenghujung tahun 2011. Buku yang melibatkan Editor Salman Yoga S, seorang penyair asal Gayo. diterbitkan oleh The Gayo Institute.

"Sebuah buku yang perlu dan patut dibaca,” demikian pendapat singkat Imam Prasodjo, sosiolog Universitas Indonesia (UI),yang tertera dibelakang buku ini.

Sementara pengamat politik Fachry Ali, ikut memberi komentar tentang Partai Aceh (PA), sebuah partai politik yang dominan di Aceh dewasa ini. Nilai informatifnya adalah penjelasan bagaimana proses dialog dikalangan kekuatan-kekuatan politik Aceh pasca Perjanjian Helsinki 15 Agustus 2005, bagaimana interaksi antara kekuatan-kekuatan lokal-yang secara psikologis merasa telah keluar sebagai “pemenang”- dengan kekuatan Jakarta dan bagaimana, pada akhirnya, tokoh-tokoh PA itu “mengalah” dengan kekuatan-kekuatan nasional.


Deklarasi Aceh Merdeka

Tidak banyak yang tahu apabila konsep deklarasi Aceh Merdeka disusun di Buntul Kubu, sebuah perbukitan di tengah kota Takengon pada tahun 1976, dengan sebuah bangunan khas Belanda. Disamping itu, pada cover buku terdapat foto sejumlah tokoh pergerakan Aceh Merdeka (AM) berpose di Buntul Kubu, Mereka adalah Tgk Hasan Muhammad di Tiro, Zainal Abidin di Tiro, Mat Bin Tas, Hasanuddin dan Tgk Ilyas Leube.


Pada pertemuan itu totok-tokoh Aceh Merdeka membahas rencana deklasari gerakan Aceh Merdeka (AM) yang berujung pada pelaksanaan deklarasi di Gunung Halimun Pidie, 4 Desember 1976, atau sekitar 4 bulan setelah konsolidasi awal (pertama) di Takengon.


“Faktanya, konsep gerakan Aceh Merdeka digodok di Buntul Kubu. Dan saat itu hanya Tgk Hasan Muhammad di Tiro dan abangnya Zainal Abidin di Tiro hadir mewakili tokoh pergerakan AM dari Aceh pesisir, selebihnya adalah Urang Gayo Tgk Ilyas Leube dan kawan-kawan,” ujar Salman Yoga, editor buku tersebut, Sabtu (12/11).


Penulis buku tersebut, Adam Mukhlis Arifin yang saat pergerakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) berada di bawah komando GAM wilayah Linge mengatakan, buku tersebut akan tiba di Takengon pada 18 Nopember 2011 yang lalu dan diluncurkan secara sederhana.


“Untuk edisi pertama dicetak 1000 eksemplar dan akan kita luncurkan” kata Adam Mukhlis, yang pada masa itu mamakai nama samaran Ali Gergel.

Adam Muchlis juga menangapai perdamaian Aceh, dan mengakui jajaran kombatan GAM Wilayah Linge mendukung sepenuhnya damai Aceh ini.

“Saya tegaskan bahwa kombatan GAM wilayah Linge sangat menghormati MoU Helsinki. Dan kami tunduk sepenuhnya terhadap Undang-Undang Dasar 1945,” pungkasnya. 


Disadur dari:
[atjehpost.com]

Rabu, 14 Mei 2014

~* SALAH SATU JUDUL BUKU KARYA ASMA NADIA *~

~* CINTA TAK PERNAH MENARI *~


Cinta Tak Pernah Menari merupakan kumpulan cerpen remaja karya Asma Nadia yang dapet penghargaan di tahun 2005. Dan menurutku gak salah penghargaan sebagai Kumpulan Cerpen Remaja Terpuji jatuh ke buku ini. Buku ini harga murah isi meriah. Harganya cuma 20 ribu, kalo beli online malah cuma 17 ribu, tapi isinya rame, ada 10 cerpen dengan beragam tema yang asyik banget buat dibaca.

Biasanya cerpen remaja isinya cinta2an mulu, tapi yang ini gak cuma itu, lebih dalem lah pokoknya. Buat kalian yang lagi santai pengen baca sesuatu yang menghibur tapi gak bikin kening berkerut, coba deh baca buku ini, apalagi sambil ditemeni secangkir coklat hangat.. Hmmm, nikmat...

Penasaran ma isinya?? aku kasih tau dikit.. Ada kisah si Jhoni yang anak orang kaya, baik hati, supel, hobi banget nyeneng2in temen2nya. Tiba2 bisnis keluarga hancur, harta yang ada disita, tapi Jhoni gak mau orang di sekeliling mereka tau, termasuk temen2nya. Temen2 Jhoni yang terbiasa enak masih terus menerus merongrong Jhoni, dan Jhoni melakukan apa aja untuk tetep bisa nyeneng2in temen2nya, kayak nyewain mobil mewah buat jalan2, karena mobil mewah Jhobi yang biasanya dipake udah disita. Trus sampai sejauh mana Jhoni masih berlagak 'sok kaya'?? Baca sendiri di Jhoni The Boss.

Ada kisah anak keluarga pemulung yang pengen banget punya jendela di rumah kumuh mereka. Saking pinginnya, anak yang namanya Rara ini rela nabung dari hasil ngamen sehari2. Terwujud gak mimpinya?? Ada juga cerita cowok, namanya Adit yang cinta mati ma Indah. Saking cintanya, dia selalu berusaha menyenangkan hati kekasihnya ini, dan Indah juga memanfaatkan semua kebaikan Adit. Adit sampai seolah2 gak peduli ma dirinya sendiri, yang penting Indah bahagia. Kesadaran bahwa dia sudah banyak berubah dan cinta Indah begitu membelenggunya dengan cara2 yang gak sehat justru muncul di saat mereka berdua sudah memutuskan untuk menikah. So??? Terlambatkan kesadaran itu??

Asma Nadia juga bercerita tentang penulis yang mendapat hadiah sebesar 10 juta rupiah. Masyarakat sekitar menganggap keluarga penulis sudah cukup berada karena tinggal di rumah besar dan sempat menggelar pesta perkawinan yang mewah, jadi seharusnya uang tersebut dibagi2 saja. Mereka gak tau, bahwa keluarga penulis tersebut (aku kok lupa nama tokohnya ya), ternyata jauh lebih membutuhkan daripada yang mereka kira. Hmm... memang, kadang apa yang terlihat di mata bisa menipu kita.

Apa lagi ya, ada Bu Saiman yang dikejar2 tukang kredit, konyol deh. Trus persahabatan yang berakhir saat salah satu mereka pacaran dan akhirnya nyaris bunuh diri karena mo ngugurin kandungannya. Ada yang nyari ibu kandungnya, ada juga yang penasaran setengah mati ma temen masa kecilnya, pokoknya beragam kisah deh.

Sebenernya sih kisahnya cuma tentang kehidupan sehari2, tapi diceritakan dengan menarik dan gak bosenin. Salut deh buat Asma Nadia. Ayo buat kalian yang masih remaja, jangan ketinggalan baca buku ini. Kata Gola Gong, bisa mengasah nurani untuk mengasihi sesama. 
Buat yang udah gak remaja, ayo donk baca juga, biar bisa merasa kembali remaja.


^_^

Minggu, 04 Mei 2014

~* SALAH SATU BUKU TERE LIYE *~

~* MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH *~
 

Tere Liye merupakan nama pena dari seorang novelis yang diambil dari bahasa india yang berarti “Untukmu”. Penulis yang satu ini memang berbeda dari kebanyakan penulis yang lainnya, karena Tere Liye tidak pernah memasang photo dirinya, dan memakai nama asli. Meskipun setiap karya yang di hasilkan laku di pasaran dan menjadi best seller, namun Tere Liye seperti menghindari dan menutupi kehidupannya.  

Saya bisa mengetahui nama penulis dari novel  “Moga Bunda Disayang Allah” pada halaman akhir, yang mencantumkan alamat e-mail sang penulis yaitu,
darwisdarwis@yahoo.com, dan saya hanya sedikit mengetahui profil dari sang penulis. Tere Liye lahir dan besar di pedalaman Sumatera, dia anak keenam dari tujuh bersaudara. Dia terlahir dari keluarga petani, Tere Liye menyelesaikan masa pendidikan dasar sampai SMP, di SDN2 dan SMN2 Kikim Timur, Sumatera Selatan, kemudian melanjutkan ke SMUN 9 Bandar Lmpung, setelah itu ia meneruskan ke Universitas Indonesia dan mengambil jurusan Ekonomi.

            Karya-karya  Tere Liye sangatlah menyentuh hati, bila kita membaca novelnya, kita akan merasakan haru dan bisa meneteskan air mata, seperti salah satu karya dari Tere Liye yang berjudul  Moga Bunda Disayang Allah, novel yang membuat saya lebih mengerti akan rasa syukur kepada Allah SWT, karena novel ini menceritakan tentang kekurangan seorang anak dan kesabaran seorang ibu yang mengasuh dan menyayangi anaknya.
 
 
            Novel ini bercerita tentang kehidupan anak kecil berusia 6 tahun yang bernama Melati, Melati memiliki wajah yang lucu dan menggemaskan, rambut ikalnya yang mengombak, pipinya tembam seperti donat, bola matanya hitam legam seperti biji buah leci, dan giginya kecil-kecil bak gigi kelinci. Melati adalah anak dari pengusaha kaya raya yang memiliki banyak pabrik, dari mulai pabrik makanan sampai pabrik pupuk organik.
 
 
            Saat Melati umur 3 tahun, dia diajak berlibur ke luar negeri dengan kedua orang tuanya, Ayah dan Bunda sangat menyayangi Melati. Saat mereka berlibur ke pantai, Melati bermain dan berlari kesana kemari, rambut ikalnya yang mengombak bergerak-gerak terkena angin pantai, dan saat itu juga semua masalah bermulai. Melati jatuh terkena piringan terbang dan mengenai keningnya, seketika melati terjatuh tengkurap pada tumpukan pasir pantai yang putih. Bunda tersontak kaget dan berteriak, tetapi Melati tak lama kemudian langsung berdiri dan tersenyum kepada bundanya. Perasaan Bundanya langsung lega dan bersyukur karena Melati tidak terkena luka. 
 
 
            Satu minggupun berlalu dengan bahagia, tetapi ada hal yang membuat Ayah dan Bundanya seperti tersambar petir ketika mendengar fonis dokter mengatakan Melati mengalami kebutaan, dan tidak hanya itu Melati juga tuli, dan lebih parahnya lagi, Melati kehilangan semua memory dan pengetahuanya, pastilah Melati juga akan bisu. Melati seperti bayi yang baru lahir dari rahim ibunya yang belum mengenal dunia. Hal itu membuat kedua orang tuanya sangat tidak mengerti kenapa Allah setega itu kepada anaknya, dan hati siapa yang paling sakit juga terpukul yaitu hati Bunda, Bunda yang amat menyayangi anaknya, yang selalau membanggakan putri kecilnya itu. Semua terasa tak berarti, hanya sakit dan tersiksa yang dirasakan ayah dan bunda Melati, juga perasaan terpukul, tidak terima dengan takdir yang dibawa pulang ke Indonesia.
 
 
            Setiap hari Bunda hanya terdiam, merenung, bersedih, dan mempertanyakan kepada Allah. Kenapa hidup ini tidak adil, kenapa Allah menghukumnya seperti ini, rasanya tidak kuat dan berhenti tersenyum untuk hari-hari Bunda. Sampai 3 tahun berlalu, Melati sudah berusia 6 tahun, dan tidak ada perubahan. Setiap tidur Bunda selalu bermimpi indah tentang Melati, bermain bersama anaknya, dan melihat anaknya berlarian membawa boneka panda yang disayanginya, tetapi saat bangun tidur semua mimpi itu menjadi buruk karena Bunda melihat kenyataan bahwa putri kesayangannya tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, dan tidak bisa bicara. Bunda yang separuh baya itu membayangkan dulu, disaat dia dan suaminya Tuan HK selama 6 tahun pernikahanya belum dikaruniai seorang anak, tetapi 6 tahun itu juga Bunda hamil dan Melati hadir membawa kebahagiaan Bunda dan Tuan HK.
 
 
            Perasaan bahagia yang dulu tidak akan muncul lagi bila Bunda masih melihat Melati seperti itu, setiap pagi Melati ikut sarapan dengan Ayah dan Bunda, di meja makan besar itu setiap pagi terasa pedih. Melati hanya bisa mengacak-acak makanan dipiring dengan tangannya, Bunda selalu berkata “ makannya pelan-pelan sayang”, kalimat itu selalu diucapkan dengan tulus dan penuh kasih sayang. Rumah besar yang memiliki 9 pembantu, dan Salamah adalah pembantu yang paling lama bekerja dengan Bunda dan Tuan HK. Bagi Salamah keluarga ini terlalu baik  dan dia juga sudah berjanji tidak akan meninggalkan keluarga Tuan HK yang telah memberi pekerjaan kepada semua keluarganya mulai dari kakek, bapak, sampai dia sendiri.
 
 
            Disisi lain cerita tentang pria yang bernama Karang, Karang dulunya adalah seorang yang hebat, pintar, baik, dan dicintai banyak anak-anak. Dia anak yatim piatu lalu diangkat oleh ibu-ibu berbadan gemuk yang sangat menyayangi Karang, tetapi disaat yang bersamaan dengan nasib Melati, Karang mengalami perubahan yang sangat tidak baik, dia menjadi orang pemalas yang hobinya mabuk-mabukkan, suka mengurung diri dikamar, dan hal itu membuat ibunya sedih dan susah. Karang menjadi seperti itu karena masalah 3 tahun yang lalu saat Karang mengajak anak-anak didiknya yang belajar di Taman Bacaan yang dimiliki Karang berlibur ke pantai, lalu bencana terjadi, ombak pantai meluap dan membuat kapal yang tidak terlalu besar yang ditumpangi Karang dan anak didiknya terbalik, semua mengapung berteriak, Karang memegang erat dua anak didiknya, tetapi yang lain terombang ambing, dan takdirpun berkata lain, 18 anak didik Karang mati membeku, kedinginan.Termasuk Qintan murid yang paling disayang Karang juga meninggal. Hanya dua teman Karang dan Karang sendiri yang selamat.
 
 
            Dari kejadian itu Karang dituntut dan akan dipenjarakan karena dituduh membunuh anak banyak orang, tetapi fakta kebenaran yang menjadikan Karang lolos dari hukuman itu, meskipun Karang lolos dan tidak dipenjara, dia tetap merasa bersalah dan tidak terima dengan takdir. Dia menyayangi anak-anak, tetapi dia juga membunuh anak-anak. Itu yang selalu dirasakan oleh Karang. Hal itulah yang membuat Karang menjadi pemurung dan pemabuk., tetapi  karena Kinasih gadis berwajah cantik dan berkerudung yang juga teman Karang ingin membantu keluarga Tuan HK, maka Kinasih memeritahu kepada Bunda HK untuk mengundang Karang kerumahnya yang bertujuan untuk membantu menyembuhkan Melati. Waktu awal Karang tidak mau, tetapi karena Bunda HK bisa meluluhkan hati Karang yang sangat keras itu. Maka Karang memutuskan untuk mau membantu Melati.
 
 
            Pagi hari disaat keluarga Tuan HK sedang sarapan, Karang datang untuk menepati janjinya, setelah Karang ikut sarapan dan melihat Melati sarapan dengan berdiri dan mengacak-acak makanannya, dan tiba-tiba Karang menyenyak Melati “ makannya pakai sendok” sambil menarik tangannya, dan itu membuat seluruh anggota keluarga Tuan HK terpaku, selama ini Melati tidak pernah dibentak ataupun dipegang tangannya, karena Melati akan marah dan mengamuk kalau tangannya tersentuh. Tuan HK langsung mengusir Karang peri dari rumahnya. Karang berkata” suatu saat anda akan membutuhkan saya”, dan dia pergi meninggalkan rumah mewah itu. Satu minggupun berlalu, dan Bunda HK ingin menyuruh Karang kerumahnya lagi, tetapi Tuan HK idakn setuju, karena Karang orang yang kasar.
 
 
            Setelah itu Tuan HK setuju dengan permintaan istrinya, lalu Karang tinggal dirumah mewah Tuan HK untuk membantu menyembuhkan Melati, sebenarnya sudah banyak dokter dari luar negeri yang disuruh menyembuhkan Melati, tetapi tidak ada yang berhasil. Bunda sangat berharap kepada Karang, dan hari-hari dimulai dengan rasa sakit karena Karang selalu memarahi Melati dan mengajarinya dengan kasar hanya karena Melati harus makan memakai sendok, kemudian hari Karang ketahuan sering minum-minuman keras, dan Tuan HK sangat benci dengan pemabuk. Lalu Tuan HK mengusir Karang, tetapi Bunda tidak mengijinkan, kali ini Tuan HK benar-benar tidak bisa menuruti kemauan istrinya. Tuan HK juga akan pergi ke luar negeri untuk berbisnis, sebelum dia pergi Karang harus pergi dari rumahnya, dan Bunda tidak bisa membantah lagi. Lalu Karangpun marah tetapi dia juga tidak bisa menolak permintaan Bunda. Saat Karang akan pergi ternyata, Bunda memanggil dia, dan Karangpun bergegas menghampiri, dan ternyata dalam seminggu Karang berhasil membuat Melati makan menggunakan sendok.
 
 
  Bunda, Karang, dan Salamah menangis melihatnya, tetapi kasian juga Melati karena Karang memakai cara yang kasar, sampai Melati sakit empat hari karena dihukum tidak makan, demi dia mengerti untuk makan pakai sendok. Dan seminggu juga Karang bisa membuat Melati duduk dikursi plastik, dan itu juga memakai cara kasar, dan Melati harus dihukum tidak makan selama dua hari. Hari-haripun berlalu dengan tidak ada perkembangan dari Melati, Mealti hanya bisa makan pakai sendok, dan duduk dikursi. Hanya itu yang bisa dilakukan Melati, Karang bingung memikirkan cara agar Melati bisa lebih tau pengetahuan lainnya, sebelum hari pulangnya Tuan HK, Karang bingung memikirkan cara, caranya apa untuk Melati. Ternyata hari ke-21 pun tiba, tiba saatnya Tuan HK pulang dari  luar negeri , dan cara itupun belum juga ditemukan. Karang tidak tau lagi apa yang harus dia perbuat.
 
 
Hari terakhir sebelum Karang diusir oleh Tuan HK, dia masih ikut sarapan pagi di meja makan besar rumah mewah itu, tetapi tiba-tiba Tuan HK pulang dan  karang terkejut, karena seharusnya Tuan HK pulang nanti sore, dan Tuan HK lebih terkejut lagi karena dia melihat Karang ada dirumahnya, yang seharusnya sudah di usir 21 hari yang lalu. Tuan HK marah kepada istrinya, karena istrinya sudah berbohong, dan Karangpun langsung dihajar oleh Tuan HK, waktu keramaian, tidak ada yang memperhatikan Melati, tiba-tiba Melati hilang dari keramaian itu, Melati berjalan sendiri menuju taman belakang rumah. Tersontak kaget Bunda langsung berteriak mencari Melati, lalu Bunda menemukan Melati sedang bermain air di pancuran tamana milik mereka, dan melihat Melati asik merasakan tetesan air hujan, di pagi itu hujan membasuh kota.
 
 
Karang langsung mengerti dan menemukan cara, inilah caranya, lalu Karang langsung berlari mendekati Melati dengan Bunda, Karang menangis melihat Melati tersenyum merasakan tetesan air hujan. Tuan HK tak mengerti sebenarnya apa yang terjadi, begitu juga dengan Bunda, Salamah, Tukang kebun, juga Sembilan pembantu yang ada dirumah mewah itu. Karang langsung menarik tangan Melati dan menuliskan hurf di telapak tangan Melati yang bertuliskan “air” lalu Karang mendekatkan telapak tanganMelati ke multnya, dan berkata lagi ”air”, lalu Melati tersenyum. Semua anggota Keluarga itu menangis melihat keajaiban Tuhan yang telah mampir di keluarga itu.
 
 
Pada novel Moga Bunda Disayang Allah ini memiliki cerita yang berbeda dari novel yang lain, karena novel Moga Bunda Disayang Allah memiliki cerita yang sangat mengharukan dan membuat pembacanya selalu meneteskan air mata, karena setiap pembicaraan dan perkataan di novel ini memiliki arti dan makna yang sangat baik. Novel Moga Bunda Disayang Allah juga mengajarkan kita tentang arti bersyukur kepada Tuhan, karena Tuhan itu selalu adil.

Kelebihan Novel:

Cerita pada novel Moga Bunda Disayang Allah ini benar-benar membuat kita terharu, dan mengerti tentang rasa syukur pada Tuhan, dan mengerti bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan kelebihan dan kekuranganya, karena Tuahn itu Maha adil.

Kekurangan Novel:

Penceritaan novel Moga Bunda Disayang Allah ini agak bertele-tele, yang menceritakan suasana kota begitu detail, dan kertas yang digunakan belum bagus.

Kesimpulan:

Novel Moga Bunda Disayang Allah ini sangat cocok dibaca, karena novel ini memiliki kisah yang penuh makna, dan kita dapat belajar dari kekurangan yang kita miliki, agar kita selalu bersyukur kepada Allah SWT.
 
 
* BIOGRAFI PENULIS*
 
Siapa yang sudah pernah membaca karya Tere Liye?
 
Bagi sahabat yang sudah pernah sekali atau mungkin beberapa kali mambaca dari karya Tere Liye pasti akan memberikan komentar yang sama dengan saya “Bagus Banget” hehe. Nama “Tere Liye” merupakan nama pena seorang penulis berbakat tanah air. Tere Liye sendiri di ambil dari bahasa India dan memiliki arti untukmu
Meskipun Tere Liye bisa di anggap salah satu penulis yang telah banyak menelurkan karya-karya best seller. Tapi kalau anda mencari biodata atau biografi Tere Liye, kita akan menemukan sedikit bahkan hampir tidak ada informasi mengenai kehidupannya serta keluarganya. Atau Anda juga bisa mencoba sendiri dengan mengecek karya Tere Liye dan lihat di bagian belakang “tentang penulis’ di novelnya, maka tidak ada yang bisa kita temukan informasi mengenai tere liye. 
Berbeda dari penulis-penulis yang lain, Tere Liye memang sepertinya tidak ingin di publikasikan ke umum terkait kehidupan pribadinya. Mungkin itu cara yang ia pilih, hanya berusaha memberikan karya terbaik dengan tulus dan sederhana. Namun begitu, dalam postingan kali ini saya akan coba sedikit berbagi terkait biografi Tere Liye. Semoga bisa menjadi referensi tambahan bagi rekan-rekan yang sedang mencari informasinya. 


Tere Liye lahir dan tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera. Ia lahir pada tanggal 21 mei 1979. Tere Liye menikah dengan Ny.Riski Amelia dan di karunia seorang putra bernama Abdullah Pasai.
Seperti di sebutkan di atas, Tere Liye tumbuh di Sumatera Pedalaman. Ia berasal dari keluarga sederhana yang orang tuanya berprofesi sebagai petani biasa. Anak ke enam dari tujuh bersaudara ini sampai saat ini telah menghasilkan 14 karya. Bahkan beberapa di antaranya telah di angkat ke layar lebar. Berdasarkan email yang di jadikan sarana komunikasi dengan para penggemarnya yaitu darwisdarwis@yahoo.com. Bisa di simpulkan sederhana bahwa namanya adalah Darwis.

Biografi Tere Liye: Masa Pendidikan 

Tere Liye meyelesaikan masa pendidikan dasar sampai SMP di SDN2 dan SMN 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan. Kemudian melanjutkan ke SMUN 9 bandar lampung. Setelah selesai di Bandar lampung, ia meneruskan ke Universitas Indonesia dengan mengambil fakultas Ekonomi.

Biografi Tere Liye : Karya-Karya Tere Liye

Berikut saya tulis karya Tere Liye, semoga bisa menjadi bahan referensi :
Ø  Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka Umum,2010)
Ø  Pukat (Penerbit Republika, 2010)
Ø  Burlian (Penerbit Republika, 2009)
Ø  Hafalan Shalat Delisa (Penerbit Republika, 2005)
Ø  Moga Bunda Disayang Alloh (Penerbit Republika, 2005)
Ø  The Gogons Series : James & Incridible Incodents (Gramedia Pustaka Umum, 2006)
Ø  Bidadari – Bidadari Surga (Penerbit Republika, 2008)
Ø  Sang Penandai (Penerbit Serambi, 2007)
Ø  Rembulan Tenggelam di Wajahmu (Grafindo 2006 & Republika 2009)
Ø  Mimpi-Mimpi Si Patah Hati (Penerbit AddPrint, 2005)
Ø  Cintaku Antara Jakarta dan Kualal Lumpur (Penerbit AddPrint, 2006)
Ø  Senja Bersama Rosie (Penerbit Grafindo, 2008)
Ø  Eliana, Serial Anak-Anak Mamak 
Penulis yang satu ini memang berbeda dari kebanyakan penulis yang sudah ada. Biasanya setiap penulis akan memasang poto, nomor kontak yang bisa di hubungi atau riwayat hidup singkat di bagian belakang setiap karyanya. 
Meskipun setiap karya yang di hasilkan laku di pasaran dan menjadi best seller. Namun Tere Liye seperti menghindari dan menutupi kehidupannya. Kalau penulis yang lain biasanya banyak menerima panggilan acara baik itu berupa seminar tentang tips-tips menulis, bedah buku, workshop atau kegiatan yang lainnya terkait dunia tulis menulis. Tapi tidak dengan Tere Liye. 

Biografi Tere Liye: Kehidupan dan Kesederhanaan 

Dari karya-karyanya Tere Liye ingin membagi pemahaman bahwa sebetulnya hidup ini tidaklah rumit seperti yang sering terpikir oleh kabanyakan orang. Hidup adalah anugerah yang Kuasa dan karena anugerah berarti harus di syukuri. 
 “bekerja keras dan selalu merasa cukup, mencintai, berbuat baik dan selalu berbagi, senantiasa bersyukur serta berterima kasih, maka Ia percaya bahwa kebahagiaan itu sudah berada di genggaman kita”.
Itulah sedikit kutipan yang penulis dapatkan, terkesan bahwa ia menegaskan syukuri saja setiap apapun yang kita punya, baik itu berupa kekurangan terlebih kalau itu suatu kelebihan. Satu lagi pelajaran berharga yang bisa kita petik dan di aplikasikan dalam kehidupan masing-masing dari biografi Tere Liye ini. 
Sungguh sangat istimewa, bahwa di negeri kita tercinta ini lahir banyak penulis berkualitas. Serta dengan karya-karyanya tersebut telah membuat negeri ini di kenal luas. Terlebih lagi Tere Liye berasal dari pedalaman Sumatera Selatan. Menjadikan nilai tambah sebagai nilai positif untuk terus meneladani kepiawaiannya di dunia tulis menulis.

Bagi Anda yang sudah pernah menikmati karya Tere Liye pasti akan memberikan respon positif. Karya Tere Liye biasanya mengetengahkan seputar pengetahuan, moral dan agama islam. Penyampaian nya yang unik serta sederhana menjadi nilai tambah bagi tiap novelnya. 
Justru karena kesederhanaannya, tiap kita membaca lembaran demi lembaran novelnya, kita serasa melihat di depan mata apa yang Tere Liye sedang sampaikan. Uniknya kita tidak akan merasa sedang di gurui meskipun dari tulisan-tulisannya itu tersimpan pesan moral, islam serta sosial yang penting.  
Kesederhanaan lah yang mampu membuka hati, dan kalau hati kita sudah terbuka maka akan sangat mudah setiap pesan-pesan positif itu sampai. Melalui biogarfi Tere Liye yang amat singkat ini, saya ingin berbagi, mari kita nikmati tiap lembaran karya Tere Liye dan ambil tiap nilai positif yang ada di dalamnya. 
Biografi Tere Liye : Kontak
Terakhir, melalui tulisan biogarfi Tere Liye ini, serta bagi rekan-rekan yang ingin bersilaturahim dengan Tere Liye, silahkan langsung kirim e-mail ke darwisdarwis@yahoo.com atau maibelapoh@yahoo.com dan www.darwisdarwis.multiply.com. Sampai saat ini, melalui e-mail lah cara terbaik untuk dapat berinteraksi dengannya. Semoga membantu.



Daris Tere Liye bersama anak dan isteri.





 

Jumat, 02 Mei 2014

~* SALAH SATU BUKU KARYA BANG PUTRA GARA *~

~* SAMUDERA PASAI *~


     Penulis          : Putra Gara 

Penerbit        : Hikmah


Kesultanan Samudra Pasai, juga dikenal dengan Samudra, Pasai, atau Samudera Darussalam. Inilah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera. Kurag lebih di sekitar Kota Lhokseumawe, Aceh Utara. Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Malik al-Saleh atau Malikussaleh pada sekitar tahun 1267 dan berakhir dengan dikuasainya Pasai oleh Portugis pada tahun 1521. Raja pertama bernama Malik as-Saleh, kemudian dilanjutkan pmerintahannya oleh Malik at-Thahir atau Malikuddhahir.
Samudra Pasai menjadi kerajaan Islam pertam ayang ada di bumi nusantara. Kerajaan yang makmur dan berdaulat, dengan raja yang adil dan bijaksana. Tapi semua itu berada di ujung tanduk. Samudra Pasai terancam hancur di tangan keserakahan Gajah Mada.


Novel ini berseting di era kerajaan Samudra Pasai. Mereka adalah tiga generasi, yang berjuang untuk negeri yang sama, dengan kisah berbeda. Malikussaleh, sang pendiri yang penuh kharisma, yang pergi ketika semua rakyat sampai pada puncak cinta terhadap sang raja.


Malikuddhahir, terperangkap dalam bara dendam musuh lama, yang nyaris memicu perang saudara yang penuh darah. Dan Malikuddhahir II, yang terjebak dalam cinta tak sampai, yang membawa pergi jauh dirinya untuk mengobati luka hatinya, namun kemudian kembali menjadi sosok yang gagah perwira.

Pernyataan yang Malikuddhahir II yang selalu diingat adalah,
“Katakan kepada Gajah Mada. Malikuddhahir II tidak mau menerima surat perintahnya. Tanah Jawa tidak akan pernah bisa menundukkan Samudra Pasai.”



Bang Putra Gara.






~* KARYA SAHABATKU,MUHAMMAD SUBHAN *~

~* RINAI KABUT SINGGALANG *~

SINOPSIS CERITA:

Dikisahkan, Maimunah (ibu Fikri), perempuan asal Pasaman (Sumatera Barat) telah dicoret dari ranji silsilahnya lantaran nekad menikah dengan Munaf (ayah Fikri), laki-laki asal Aceh. Munaf dianggap sebagai “orang-datang”, “orang di pinggang”, “orang yang tak berurat-berakar”. Menerima laki-laki itu sama saja dengan mencoreng kehormatan keluarga sendiri. Namun, diam-diam Maimunah melarikan diri ke Medan dan melangsungkan pernikahan dengan Munaf di kota itu. Setelah menikah, Maimunah tinggal di Aceh, dan tak pernah kembali pulang ke Pasaman. Sementara itu, orang tua Maimunah hidup berkalang malu, sakit-sakitan, dan akhirnya meninggal dunia. Safri, kakak kandung Maimunah bahkan sampai mengalami gangguan jiwa (gila), lantaran menanggung aib karena ulah adiknya melawan adat.

Luka serupa kelak juga dialami Fikri. Fikri merantau ke Padang, karena ia bercita-cita hendak melanjutkan sekolah di perguruan tinggi. Sebelum ke Padang, Fikri mencari mamaknya (paman) di Kajai, Pasaman. Di kampung asal ibunya itu, Fikri sempat merawat paman Safri yang mengidap penyakit selepas kepergian Maimunah ke Aceh─dan karena itu ia dipasung di tengah hutan. Namun akhirnya Mak Safri tewas dibunuh akibat suatu perkelahian. Fikri pun meninggalkan Kajai hijrah ke Padang. Semasa di Padang, Fikri bertemu dengan Rahima, yang kemudian menjadi kekasih pujaannya. Namun, cintanya bagai bertepuk sebelah tangan. Keluarga Rahima─utamanya Ningsih (kakak Rahima)─ bulat-bulat menolak pinangan Fikri, lagi-lagi dengan alasan: Fikri “orang-datang”, “orang di pinggang”.

Remuk-redamnya perasaan Fikri bersamaan dengan luluhlantaknya Aceh, tanah asal Fikri, selepas megabencana Gempa dan Tsunami (2004). Annisa, adik kandungnya digulung gelombang besar, rumah tempat ia dibesarkan tak bisa ditandai lagi titiknya. Ibu-bapaknya telah meninggal sebelum bencana. Fikri hidup sebatangkara. Dan, begitu kembali ke Padang, persoalan berat sudah menunggunya. Betapa tidak? Rahima telah dijodohkan dengan laki-laki lain. Akhirnya perempuan itu diboyong Ningsih ke Jakarta. Sementara di Padang, Fikri terpuruk dalam kesendirian, dalam keterpiuhan perasaan lantaran pengkhianatan cinta. Belakangan, Fikri mendengar kabar, Ningsih menjodohkan adiknya (Rahima) dengan laki-laki lain ternyata atas dasar hutang budi. Kabar ini membuat Fikri semakin karam di kerak kepedihan.


Sampaikah Fikri dan Rahima bersua di kemudian hari ataukah pemuda malang itu hanya bertepuk sebelah tangan? Simak kelanjutan kisah yang mengharu-biru perasaan ini, dan menguras air mata dalam setiap babnya…[]


[Dapatkan Novel “Rinai Kabut Singgalang” edisi terbaru lewat Penerbit FAM Publishing, Divisi Penerbitan Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia dengan menghubungi nomor pemesanan buku: 0812 5982 1511 (Mbak Aliya Nurlela) atau lewat email: forumaktifmenulis@yahoo.com. Kunjungi juga blog http://www.rinaikabutsinggalang.blogspot.com


Buku Terbitan FAM Publishing. Buku kedua diterbitkan FAM Indonesia, “Rinai Kabut Singgalang”. Novel Karya Muhammad Subhan.
Harga Rp65.000,- (di luar ongkos kirim).
Pemesanan di No Hp. 0812 5982 1511.


T e s t i m o n i :

Maimunah dicoret dari ranji silsilah keluarga besarnya. Dia nekad menikah dengan Munaf, laki-laki asal Aceh. Perbuatannya itu membuat orangtuanya berkalang malu, sakit-sakitan, lalu meninggal dunia. Safri, kakak kandungnya mengalami gangguan jiwa, kemudian tewas dibunuh pemuda kampung. Fikri, putranya merantau ke Padang, jatuh cinta kepada Rahima, putri ibu angkatnya. Ningsih, kakak Rahima menolak pinangan Fikri. Rahima dinikahkan dengan orang lain di Jakarta.

Ketika terjadi gempa dan tsunami di Aceh, Fikri pulang menjadi relawan, mencari keluarga adiknya, Annisa. Ternyata Annisa tewas dilamun tsunami. Fikri kehilangan keluarganya. Di Padang ia pun kehilangan cintanya. Belakangan, Fikri mendengar kabar, Ningsih menjodohkan Rahima dengan laki-laki lain ternyata atas dasar utang budi.

Kisah romantis yang menggugah kearifan lokal. Bollywood rasa Minang.

~Abidah el Khalieqy, Penulis Cerita Film Perempuan Berkalung Sorban.

Kedalaman galian Rinai Kabut Singgalang, sesungguhnya dapat ditandai dengan upaya Muhammad Subhan dalam mempertahankan identitas roman berlatar alam Minangkabau yang belakangan mulai diabaikan.

~Damhuri Muhammad, Esais, Cerpenis.
Novel ini mengingatkanku pada karya para Pujangga Baru, mellow, romantis, mengharu biru kalbu. Bedanya ini ditambah dengan konflik, heroik dan nestapa anak manusia di belahan Aceh, tragedi kemanusiaan yang hingga detik inipun tak terungkap dengan transparan.

~Pipiet Senja, Novelis.
Syarat sebuah novel adalah adanya konflik. Muhammad Subhan mampu membangun konflik yang kuat dengan bahasa yang sederhana, mudah dipahami, hingga jalinan cerita mengalir bening. RKS mampu menerbitkan rasa penasaran untuk mengikuti cerita selanjutnya. Satu lagi yang memperkuat novel ini adalah setting, dan tradisi budayanya. Kearifan lokal dalam novel memang senantiasa mencipta aroma eksotik.

~Dianing Widya Yudhistira, Novelis, tinggal di Jakarta.
Alam Minangkabau cukup terekam dalam novel ini. Gaya bercerita pengarang yang merangkum peristiwa tersusun rapi, membuat pembaca tetap terikat. “Modal yang baik buat pengarang.” ~Aspar Paturusi, Novelis & Aktor Film Ketika Cinta Bertasbih 2, tinggal di Jakarta.
Kalaulah ada yang hendak mengambil contoh tauladan yang baik, maka tokoh utama dalam novel inilah yang patut ditiru. RKS sarat dengan pesan-pesan moral yang bertebaran kata nasihat agama. ~Arafat Nur, Pemenang Unggulan Sayembara Novel DKJ 2010, tinggal di Lhokseumawe, Aceh.
Menikmati RKS, pengarang dengan cerdas mengelompokkan kata dalam latar, alur, dan konflik melalui para tokoh yang dihadirkannya. Sesungguhnya bila ditelisik lebih jauh, segala peristiwa merupakan realitas diri pengarang yang ditemuinya dalam lingkungan berkehidupan. Peristiwa inilah yang disebut realitas sastra. Kecerdasan novelis meramu tiga dimensi sastrawi; estetika-etika-logika yang ditransformasikannya sebagai medium pendidikan dan moralitas bagi pembaca. Ini yang membuat RKS berkualitas. ~Sulaiman Juned, Penyair, Kolumnis, Sutradara Teater, Dosen, tinggal di Padangpanjang, Sumatra Barat.
Rinai Kabut Singgalang mengingatkan kita pada roman-roman klasik Indonesia yang mengharu-biru dan sarat dengan pesan moral. Disaat penulis lain menyajikan kisah dengan cita rasa Barat, Muhammad Subhan kembali ke akarnya; sastra Melayu.

~Ayi Jufridar, Penulis Novel Putroe Neng, tinggal di Lhokseumawe, Aceh.
Lebih dari sekedar romantisme kejayaan sastrawan Minangkabau, utamanya pada era Balai Pustaka, RKS menghadirkan kekhasan dan nilai-nilai etis-etnik Minang, dengan kelancaran berselancar di atas alur kisah dan tukikan emosi, kadang landai kadang curam. Tentunya dengan nuansa baru.

~Muhammad Nasrudin, Editor, Pegiat Buku, tinggal di Yogyakarta.
Roman eksotis-romantis ini tak jemu mengajak saya hanyut seturut panorama alam nan elok dari negeri bernama Minangkabau. Pengarang cukup lihai meracik keelokan alam yang berkelok-kelok naik turun “disebangunkan” dengan kelokan ketegangan-ketegangan di dalam kisahnya. Asmara yang mengharu-biru. Betapa serunut “adat” asmara tak memiliki setitik pun kuasa, melawannya alamat menuai derita tak tertanggungkan. Pengusiran, cerai persaudaraan, stigma buruk, bahkan dituduh sebagai penyebab kematian orang-orang yang ditinggalkan. RKS mengajak pembaca menikmati hingga tanda titik paling akhir dari cerita ini.

~Akhiriyati Sundari, Ketua Komunitas MATAPENA, tinggal di Yogyakarta.
Rasa Minang hadir dalam kisah perkisah RKS. Pengarangnya mengingatkan kita pada roman-roman karangan Hamka. Kisah yang mengharubirukan perasaan. Bahasanya halus, pengarang berhasil mendeskripsikan perasaan yang mendalam para tokohnya, hingga tak dinyana pembaca bagai dihanyutkan oleh tragedi cinta yang amat sentimentil, tragis, dan berurai air mata.

~Irzen Hawer, Novelis, tinggal di Padangpanjang, Sumatera Barat.
Berbeda dengan novel-novel terbaru yang ada saat ini, RKS menarik perhatian pembaca dengan gaya bahasa dan gaya penceritaan novel klasik (roman) yang pernah berjaya di masa lalu. Sesuatu yang rasanya tidak mungkin dilakukan oleh penulis yang lahir dan hidup pada masa sekarang, seperti halnya Muhammad Subhan.

~Elly Delfia, Dosen Sastra Universitas Andalas, tinggal di Padang.
Di saat banyak judul novel dengan latar belakang Timur Tengah, Muhammad Subhan malah tampil manis dan indah dengan latar belakang budaya asli Indonesia dengan judul novel Rinai Kabut Singgalang.

~Fitri Dahlia, Jurnalis dan Cerpenis, tinggal di Jakarta.
Membaca Rinai Kabut Singgalang, serasa mengintip luka yang sulit terbasuhkan. Kemana pun, dimana pun, seakan tiada jarak antara kehidupan dan luka. Bahkan, ketika cinta yang indah dan penuh makna, pada akhirnya tercerabut oleh iri dengki karena berharap materi dan ketinggian adat yang tak bisa dipugar. RKS berhasil meneropong realitas sosial dan alam Minang yang memesona namun sekaligus terasa menggetirkan.

~Halim Mubary, Cerpenis, Jurnalis dan Esais, tinggal di Lhokseumawe, Aceh Utara.
Rinai Kabut Singgalang mampu membawa saya hanyut ke dalam kisahnya dan saya merasa sangat dekat dengan kisah tersebut.

~Tuti Handriani, pembaca RKS di Palembang.
Dalam bab per babnya banyak menanamkan nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan sebagai pelajaran. Latar cerita sangat mendukung dan alur yang tidak mudah membuat pembaca bosan.

~Tiara Mairani, pembaca RKS di Padang.


Muhammad Subhan.


Semoga kamu semakin sukses,sahabat ku.

Amna juga ingin sukses menjadi penulis seperti kamu.

:)

Kamis, 01 Mei 2014

~* BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM *~

~* 01 MEI 2014 *~

1 Mei 2014 pukul 21:45
Awalnya aku berpikir...
Umurku takkan selama ini.
Namun Allah berkata lain.
Ternyata aku bisa bertahan hingga detik ini.


Kau ciptakan kami dari tiada, menjadi ada.
Kemudian Kau kembalikan kami kepada-Mu.
Kehidupan kami berjalan dan berputar.
Sesuai dengan kehendak-Mu.


Jadikanlah aku menjadi hamba-Mu yang khusyu’ dan tawadhu’.
Dalam menerima hikmah dan berkah-Mu.
Bertambah usia dalam hitunganku.
Berkurang pula usiaku dalam hitungan-Mu.


Ya Allah,
Terima kasih Engkau telah mengangkatku.
Menjadi makhluk dengan derajat yang tinggi.
Terima kasih engkau telah memberikan cahaya keimanan kepadaku.
Sehingga aku dapat lebih mengenal-Mu,


Aku tau...
Semakin bertambah usiaku di dunia....
Semakin berkurang jatah bernafasku.
Semakin dekat tubuhku ke liang lahat.


Kepada kakak2,abang2,adik2ku,
Keluargaku semua....
Juga kepada seluruh sahabat2 yang baik.

Di hari yang istimewa ini...

Saya mengucapkan:

"TERIMA KASIH BANYAK DARI SAYA,
ATAS SEMUA DO'A DAN UCAPAN.
MAAFKAN SEGALA KHILAF SAYA,
BAIK YANG DISENGAJA ATAU TIDAK DISENGAJA".

Karena aku tau....

Tiada satu manusia pun yang sempurna,
Di dunia ini.


Hasbunallaahu wa ni'mal wakiil.
Ni'mal maula wa ni'mannashiiru.

(Engkau adalah sebaik baik pelindung dan Penolong.
Tiada kekuatan dan kemampuan melakukan ibadah kepada-MU.
Serta menjauhi larangan-MU
Kecuali dengan pertolongan dari_MU
Yang Maha Luhur dan Maha Agung)


Hanya pada-Mu lah aku senantiasa mengabdi dan
Hanya pada-Mu lah aku memohon pertolongan.


Kabulkanlah do’a hamba-Mu ini Ya Allah..
Amin..amin..amin.. Yaa Rabbal ‘Alamin.


*DIRGAHAYU BURUH SEDUNIA.
*DIRGAHAYU 1 RAJAB 1435 H.
*DIRGAHAYU UNTUKKU.



By:
Amna Yunda.
In My Sweet home.